Sabtu, 27 Juni 2009

“Kisah Penuh Hikmah”

Berhitung Kebaikan Dalam Menjemput Pertolongan Allah Azza Wa Jalla.
(Dikutip dari Shahih Muslim : 2361)


an ‘abdillaahibni ‘an rosulullahi salallahu ‘alaihi wasallam innahu qola:

Pada suatu ketika ada tiga orang dalam perjalanan, tiba-tiba mereka ditimpa hujan lebat. Karena itu mereka masuk kedalam gua pada sebuah bukit, tiba-tiba dari sebuah puncak bukit jatuh sebuah batu besar menutup rapat pintu gua itu sehingga mereka terkurung didalam (tidak dapat keluar). Maka berkata mereka sesamanya, “Marilah kita ingat-ingat amal saleh yang pernah kita lakukan karena mencari ridha Allah. Mendo’alah kepada Allah Ta’ala mudah-mudahan karena amal salih yang pernah kita kerjakan itu Allah membukakan pintu gua bagi kita.

Maka mendo’alah orang pertama: “Wahai Allah! Aku mempunyai ibu bapak yang keduanya sudah tua, seorang isteri dan beberapa anak yang masih kecil-kecil, yang kesemuanya menjadi tanggunganku. Bila aku pulang dari gembala, kuperas susu untuk mereka, dan yang pertama-tama kuberi minum adalah ibu bapakku, setelah itu baru anak-anakku. Pada suatu hari aku terlambat pulang dari mencari kayu api, sampai dirumah hari sudah petang dan kudapati kedua orang tuaku sudah tidur. Seperti biasa, lebih dahulu kuperas susu lalu kubawa untuk kedua orang tuaku. Aku berdiri dekat kepala beliau-beliau dan tak sampai hati membangunkan keduanya dari tidur mereka yang lelap. Dan aku tidak mau memberikan susu itu kepada anak-anakku sebelum kedua orang tuaku meminumnya terlebih dahulu, padahal anakku yang kecili-kecil itu menangis dikakiku meminta susu. Demikianlah aku dan anak serta isteriku senantiasa dalam keadaan demikian sampai terbit fajar (menunggu kedua orang tuaku bangun). Wahai Allah! Engkau tahu bahwa aku berbuat demikian karena mencari keridhaan Engkau, maka tolonglah bukakan pintu gua ini bagi kami supaya kami dapat melihat langit.” Lalu dibukakan Allah pintu gua itu sedikit sehingga mereka dapat melihat langit.

Kemudian mendo’a orang kedua: “Wahai Allah! Aku mempunyai seorang paman, dan pamanku itu mempunyai seorang anak gadis. Aku sangat mencintai anak gadis pamanku sebagaimana lazimnya cinta seorang pemuda kepada seorang dara. Lalu kuminta ia menjadi isteriku, tetapi dia menolak permintaanku sebelum aku menyerahkan kepadanya seratus dinar, maka dengan susah payah aku kumpulkan uang seratus dinar, lalu kuberikan padanya. Ketika aku hendak menyetubuhinya dia berkata kepadaku, “Hai, Abdullah! Takutlak kepada Allah! Jangan engkau buka cincin (kegadisan) ku melainkan dengan cara yang sah (nikah),” mendengarkan kata-kata itu aku langsung berdiri dan pergi meninggalkannya. Wahai Allah! Engkau tentu tahu aku melakukan yang demikian itu karena aku menghendaki ridhaMu, Karena itu tolong bukakan pintu gua ini bagi kami.” Maka terbukalah pintu gua sedikit.

Kemudian orang ketiga mendo’a pula: “Aku pernah mengupah seseorang pembuat peti tempat padi, ketika pekerjaannya telah selesai ia meminta upah kepadaku. Lalu kuberikan kepadanya semacam padi, tetapi dia menolak menerimanya. Namun begitu, padi untuk upahnya kutanam untuknya, dan hasilnya kukumpulkan, kemudian kubelikan sapi dan kugembalakan. Kemudian dia datang kembali kepadaku, lalu berkata Takutlah kamu kepada Allah! Jangan mengambil hakku!” jawabku, “pergilah kepadang rumput tempat gembala sapi-sapi itu, lalu ambillah sapi-sapi itu semuanya!” Kata orang itu, “Takutlah kepada Allah, dan jangan memperolokkan ku!” jawabku, “aku tidak memperolokkanmu!” ambillah sapi-sapi itu semuanya dan gembalakanlah untukmu!” lalu diambilnya lah sapi-sapi itu kemudian pergi. Wahai Allah! Tentu Engkau tahu aku berbuat demikian karena mencari keridhaanMu juga. Maka tolonglah bukakan pintu gua ini bagi kami.” Maka terbukalah pintu gua itu sepenuhnya.


Khatimah
Berbuat baiklah sebanyak-banyaknya niscaya amalan tersebut
akan mampu mebantu mempermudah seorang hamba menjalani kehidupan
baik di dunia ini dan di akherat kelak.. InsyaAllah..






FORMULASI RUMUS TAQDIR

“Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada dirinya sendiri.” (QS. Yunus: 44)


Dari Abdullah r.a. katanya: “Rasulullah yang mutlak benar menceritakan kepada kami, sesungguhnya proses penciptaan seseorang kamu setelah berada dalam perut ibunya selama 40 hari, kemudian dia menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama 40 hari, kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) selama 40 hari, kemudian diutus malaikat meniupkan ruh (jiwa) kepadanya. Kemudian diperintahkan kepada Malaikat untuk menuliskan empat ketetapan, yaitu mengenai rezekinya, ajalnya, jodohnya, amalnya, kemudian celaka atau bahagia. Maka demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya seseorang yang beramal dengan amalan ahli surga sehingga jaraknya ke surga hanya sehasta, tetapi suratan taqdirnya menetapkan dia menjadi ahli neraka, lalu ia beramal (pada usia umurnya) dengan amalan ahli neraka. Sebaliknya seseorang yang beramal dengan amalan ahli neraka sehingga jaraknya ke neraka hanya tinggal sehasta, tetapi suratan taqdirnya telah ditulis menjadi ahli surga, lalu (pada sisa umurnya) ia beramal dengan amalan ahli surga.



Khatimah
Sehingga rumusan taqdir tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut:
Jangan engkau menentukan apa yang Allah ingin lakukan terhadap kamu,
tapi lakukan apa yang Allah inginkan dari kamu.”

Jumat, 19 Juni 2009

ANJURAN ISLAM KEPADA UMAT UNTUK BERPIKIR DAN MENGGALI POTENSI AKAL

Maka apakah mereka tidak berjalan dimuka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami, atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta itu adalah hati didalam dada” (Al-Hajj: 46)


Islam bermula dari pendidikan dan puncak keberhasilannya juga berupa berkembangnya pendidikan. Perhatikan Wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT, didalamnya bertebaran istilah yang merupakan unsur esensial bagi pendidikan: iqra (baca), Rabb, insaan (manusia), ‘allama (pengajaran), dan qalam (pena).

Sistem pendidikan manapun didunia ini tidak pernah terlepas dari unsur yang empat ini, diantaranya adalah:

  1. Iqra, yaitu aktivitas kajian atas berbagai fenomena yang tertulis dalam lembaran buku-buku maupun lembaran alam,

  2. Insaan, yaitu subyek dan obyek dalam pendidikan,

  3. Allama, yaitu proses transfer ilmu pengetahuan dari sumber ilmu ke penerima ilmu,

  4. Qalam, yaitu media pengajaran yang memberikan kemudahan bagi manusia untuk mengetahui sesuatu dalam bahasa-bahasa yang disepakati.

Namun, dalam pendidikan Islam masih ada satu unsur yang paling esensial: Rabb. Rabb-lah sumber segala sesuatu dalam aspek pendidikan, sehingga ajaran yang dilahirkan oleh ajaran Islam adalah Pendidikan yang mengacu pada kebenaran Allah, Rabb semesta alam (Tarbiyah Rabbaniyah).

Oleh sebab itu tema sentral pendidikan Islam adalah Laailahaillallah (Tiada ilah kecuali Allah), dan inilah nilai dasar yang terus disosialisasikan oleh Rasulullah SAW dengan berbagai aspek yang menunjangnya. Dan tema ini pula yang seharusnya melandasi setiap proses pendidikan didunia kaum muslimin hingga detik ini.

Harus kita akui bahwa pendidikan islam yang utuh memang belum lahir dalam berbagai sistem pendidikan formal diberbagai daerah, namun arus gerakan dakwah sedikit demi sedikit merapatkan sisi-sisi pendididkan tersebut, sesuai dengan aharapan dimana siklus pendidikan yang akan berulang kembali, dari masyarakat ke sekolah (kampus), dari sekolah (kampus) ke jantung sekolah (kampus), dan dari jantung sekolah (kampus) ke masyarakat kembali. InsyaAllah.